(artikel dibawah diambil dari http://majalah.tempointeraktif.com/)
Teguh Santosa adalah komikus yang sempurna. Pernah bekerja untuk Marvel Comics, Amerika—menjadi komikus Indonesia pertama yang melakukannya.
RUANGAN kerja itu masih utuh meski penghuninya telah lama pergi. Sebelum Tuhan memanggilnya pada 25 Oktober 2000, komikus Teguh Santosa selalu berada di studio kecilnya—ada tiga meja gambar berbeda bentuk dan ukuran di situ. Spidol hitam, drawing pen, pensil, juga botol tinta cina berserakan di atas meja kecil. Musik film mengiringinya saat berimajinasi.
Ritual Teguh sebelum menggambar adalah menyeruput secangkir kopi kental di pagi hari, buatan istri tercinta, Sutjiati. Mereka saling mengenal ketika duduk di bangku sekolah menengah atas, lalu menikah dan dikaruniai empat anak. ”Waktu menggarap Sandhora, kan, pakai model ibu dengan wignya (rambut palsu),” kata Dhani Valiandra, putra kedua Teguh, awal Agustus lalu.
Sandhora adalah karya Teguh yang paling populer. Ini komik trilogi roman sejarah. Bagian pertama, Sandhora, terbit pada 1969, terinspirasi film seri Angelique. Episode kedua berjudul Mat Romeo (1971) dan episode penutupnya Mencari Mayat Mat Pelor (1974).